Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Meraihmu (Just Prolog) ^.^

Gambar
Jurnalis sekolah yang tak diketahui namanya mewawancarai para siswa dari sekolah Avarus baik itu di halaman sekolah, lapangan, bawah pohon mangga yang terletak di belakang sekolah. Itu semua demi memuat artikel tentang Jien—anak kepsek yang terkenal kejam seperti Hitler. Dengan menggunakan handycame , Ardie—siswa yang sedang berteduh di bawah pohon mangga ikut berkomentar. “Jien, menurut gue kepribadiannya unik. Gayanya asik, dia cantik dan baik kalau kita nggak cari masalah. Tapi ada satu hal, kalo ketemu dia jangan liat matanya! Nanti lo bisa dihajar kayak murid kelas satu itu, tuh...” Yang Ardie maksud adalah Doni—siswa yang kini terbaring lemas di ruang kesehatan. Wajah penuh luka lebam setelah terkena bogeman mentah dari Jien. Doni turut menceritakan kronologinya, “Padahal, waktu itu gue balik badan karna dipanggil sama temen gue, kebetulan aja di hadapan gue ada dia. Dengan pandangannya yang dingin kayak tukang pukul, dia langsung mukulin gue sampe kaya begini. Aduh.

Meraihmu

Gambar
Sinopsis: Takdir yang menyakitkan telah kualami. Takdirku dengannya adalah cinta yang tidak ingin aku lupakan walaupun kita tidak berjodoh Karena aku tak sanggup berpaling darinya Engkau hadir bukanlah pada saat yang tepat, bahkan aku menganggapmu tiada. Dan waktu pun membawaku pada satu rasa. Rasa nyaman dan aku anggap itu cinta. Namun rasa ini belum sempurna atau mungkjn tidak akan pernah sempurna. Aku pun kehilangan jejakmu, mungkin kau begitu dekat tapi tak mampu aku meraih. Hingga waktu jualah kembali mempertemukan kita. Kita saling memegang tangan dengan erat, saling berpelukan seolah tak ingin berpisah lagi. Yang berlalu sejatinya tidak akan sama dengan saat ini, ada banyak bagian-bagian kehidupanmu yang aku terlewatkan, ada begitu banyak maaf yang harus diucapkan, merelakan sepenuhnya dan membiarkan cinta meraihmu.

My "Korean" Girl

Sudah sebulan lebih Korean wave menjajah gadisku, Lily. Dari style, selera musik dan makanannya berubah. Bahkan, pertumbuhan poster BoyBand Korea di kamarnya berkembang pesat daripada warung makan padang di dekat rumahku. Saat kencan, Lily selalu membicarakan Thunder MBLAQ. Dia bisa menjelaskan panjang lebar tentang musik Korea dalam sepuluh halaman Microsoft Word, tapi payah dalam menjelaskan berita kriminal di tanah air. Di samping itu, Lily punya impian yang muluk. Dia ingin pergi ke Korea untuk menonton konser MBLAQ. Boleh saja! Asalkan aku ikut, tujuannya untuk mencekik Thunder di atas panggung nanti. Hus! Aku mikir apa? Tuhan, apa tujuanku dilahirkan hanya untuk melihat pacarku tergila-gila orang lain? Meski Thunder nun jauh di sana, tapi hatiku tetap saja sakit saat dia selalu membahas orang yang sama dengan mata berbinar seperti ini, “Andai Thunder jadi pacarku, aku pasti akan setia”. Aku penasaran dengan rupa orang itu, lantas kucari di Google. Sungguh menyesal, aku ja

Geng Ikan Asin (Prolog)

Gambar
Masa kecil gue masuk dalam kategori A (ancur). Di TK gue dibuli. Di SD dibuli. SMP dibuli. Pas SMU gue dibikin nasi kebuli. Tampang gue emang udah tahap tiarap. Dompet gue melempem kayak kerupuk kampung. Otak gue nggak jelas. Tapi hati gue selembut Yuppi. Semenjak gue kenal keempat sohib yang nggak kalah anehnya. Gue jadi kenal yang namanya orang aneh itu. Kadang kala kita berantem ngeributin duit gopean hasil temuan dari tong sampah (nggak keren amat). Kadang kala... kita tersenyum saat dihukum ngepelin toilet gara-gara abis boker nggak disiram lagi. Pernah juga waktu pelajaran matematika kita disamperin tukang bakso gara-gara abis makan mangkok sama sendoknya kita bawa pulang #gue kira tadinya dia ngefans sama gue. Yah... kawan. Itulah sahabat, susah senang bodo amat. Okelah! Nggak ada salahnya gue kenalin mereka di sini, mungkin dengan format kayak ini. Nama panjang              :  Hadiansyah syah syah sajalah Nama panggilan            :  Jeding, Dower, Melempem Nama

Jangan Bawa Aku ke Neraka

Aula Hotel K tampak berkelas, cahaya cristal-cristal lampu memancarkan sorotan di sudut-sudut ruangan klasik. Para tamu seakan diingatkan kembali masa-masa tahun delapan puluhan. Musik swing jazz dilantunkan, mereka berdansa, terkadang tertawa bersama pasangannya sambil meminum segelas wine disudut lain, sementara para pelayan bertuxedokan putih menuangkan wine putih jika gelas yang digenggam mereka kosong. Ada juga yang baru bergabung setelah menghadiri kegiatan lain dan tuan rumah menyambutnya dengan senang hati. Kedatangan Median baru tercium Papa setelahnya. Pria berumur 28 tahun dengan tulang rahang sempurna, mata bulat dan bibir tipis baru tiba di Aula dengan tuxedo hitamnya. Median melangkahkan kaki di lobi hotel sambil menghembuskan napas lewat mulutnya. Median mungkin akan malas menjelaskan keterlambatannya pada Papa sehingga matanya berpendar keseluruh aula, mencari tempat yang memungkinkan Papa tidak mendapati keberadaannya. Median menghampiri sebuah meja bertaplak p

Arakawa, Kimi Dake

Gambar
Cawan bermotif bunga asoka, kabuse-cha mengepul. Meja makan pendek menjadi pembatas sepasang pendiam kegetiran itu. Ruang makan kedap suara, restoran bertema tradisional. Shouko Mamura tidak bernapas dua detik ketika menggeser kotak persegi berlapis bahan beludru biru tua, berisi emas putih. Begitupun Otoko [1] di seberangnya—Hyde. “Aku tidak bisa. Kucari dimanapun tetap tidak ada,” ungkap Shouko lembut. Menggenggam erat kimono bermotif bangau yang dikenakannya. “Shouko-chan.” Hyde bergetar, menahan untuk tidak menuju Shouko. Shoujo [2] itu memandang sang Pelamar penuh kemantapan. “Kau menginginkan pernikahan sekali seumur hidup. Tapi bukan denganku. Tiga tahun ternyata tidak cukup.” Setetes air asin jatuh ke punggung tangannya. Hyde mengangguk, apa yang dia mengerti dari anggukan itu selain sakit hati. Shouko berdiri lantas membungkuk, mengucap salam terakhir. Berputar dan menggeser fusuma . Keluar seperti geisha diiringi nagauta samisen dipertunjukan kabuki . A