Aku tergesa-gesa turun dari mobil antar-jemput yang difasilitasi keluargaku. Dari gerbang sekolah, aku membungkuk mencari jurnalku—yang kemungkinannya entah berapa persen terjatuh di jalan. Aku berharap apa? Pastilah sudah dibersihkan, dibuang ke tong sampah, kemudian dibakar. Akan tetapi, jurnalku bisa saja dilaporkan ke ruang guru, kemudian eksekusiku segera dilaksanakan. Aku nggak boleh bernapas lega dulu, nggak berani jamin jurnalku aman disuatu tempat, nggak mungkin juga aku bikin sayembara. Bisa saja berita tiba-tiba meledak, seketika mantan-mantanku membenciku. Aku berusaha mencium, menguping informasi keburukanku di sekitar sekolah. Semua aman. Nggak ada seringai, atau respon negatif. Mereka wajar, seperti pagi biasanya. Mereka menyapaku ramah. Jangan-jangan jurnalku justru membawa dampak positif? Aku sudah gila karena imajinasiku sendiri. Semoga jurnalku ditemukan orang baik, supaya nggak ada niat jahat atau ancaman. Bola voli menubruk pagar kawat pembatas lapang