Menulis adalah penyembuhan diri (1)
Saya sudah menulis sejak september 2008, tahun paling produktif, sedang antusias-antusiasnya, imajinasi sangat tinggi, full time writer, namun sayangnya saat itu media masih belum mendukung. Akan tetapi hal tersebut bukan penghalang untuk mewujudkan mimpi saya, saya menulis di banyak buku tulis atau jurnal yang biasanya diberikan kakak sebagai oleh-oleh dari kantornya. Di tahun tersebut kira-kira ada belasan naskah yang saya tulis, yang berarti belasan buku. Gaya menulis saya waktu itu masih memakai sistem skenario absurd. Semisal, Johnny: Apa kabar lo? (dengan senyum) Ade: Bae-bae aja. Itulah yang terjadi kalau baru belajar menulis, belum paham faedahnya, tapi mau buru-buru menerbitkan buku. Semakin lama saya mengerti suatu hal bahwa kesuksesan tercapai bukan karena terburu-buru tapi dengan kekonsistenan. Saya masih harus banyak berlatih, membaca, mengambil pelajaran dari hikmah pengalaman, bagaimana menulis naskah yang penuh nutrisi sehingga pembaca dapat sesuatu setelah menyele