Sinetron Anugerah Cinta






Naura dan Oki, duo bersaudara miskin, soleh dan solehah, tabah, tapi mukanya kebule-bulean, dan alisnya disulam ini sama-sama merantau ke Jakarta demi mencari orangtua kandungnya. Selama berada di ibu kota yang kejam, Naura mendapat pekerjaan di kediaman Pak Hutomo sebagai pembantu, APA? IYA! PEMBANTU!
Karena alis Naura, eh, maksud saya karena kecantikan, kesucian, kelembutan, ke maha sabarannya, anak lelaki pak Hutomo bernama Arkha pun jatuh cinta padanya, vice versa pada Naura. Akan tetapi, jatuh cinta di tengah latar belakang yang berbeda menimbulkan konflik yang mana selama dua jam sinetron ini berjalan, selalu ada makian, derita, tangisan, doa-doa yang nggak kunjung di ACC, penganiayaan serta kutukan sinis dari Ibu Arkha, adik Arkha (Tiara), calon istri Arkha yang bohai dan kaya raya tapi galak (Kinta) serta ayah dan ibu Kinta.
Setidaknya Naura bisa bernapas lega karena cinta Arkha tidak mudah goyah selama puluhan episode, serta dukungan dari ayah Arkha yang arif, bijaksana dan senang melotot bila terkejut.

***

Bagaimana setelah membaca sinopsis di atas? Membuat hati kalian tergugah dan rasanya ingin membalas perbuatan kejam keluarga Arkha serta Kinta? Jangan begitu ah, jangan kayak emak-emak gang Lebak Sari yang buta arah gitu.
Kegandrungan di rumah tentang sinetron Anugerah Cinta lagi memuncak bukan main, gue yang tinggal berdua dengan ayah dan emak sebagai anak bungsu yang ditinggal kakak-kakaknya menikah, menjadikan televisi sebagai penghibur ketika kesepian, teman tontonan tiap kali makan atau tempat enak buat ngelamunin seseorang (eh?).
Emak adalah pembawa virus terbesar Anugerah Cinta eksis di rumah, awalnya emak bukanlah pecinta sinetron kayak emak-emak rempong di sekitaran gang Lebak Sari, gue sempet bangga-banggain emak ke semua orang kenalan gue, kalau emak nggak pernah nonton sinetron, tontonannya kalau nggak gosip, ya …, sidang Jessica, pokoknya bukan sinetron! Tapi terkejutnya gue ketika emak yang sekarang punya televisi sendiri di kamarnya, mulai ketagihan sinetron dan ditonton penuh dari awal sampai habis, bahkan OST Anugerah Cinta yang dinyanyikan Indah Dewi Pertiwi emak sampai hapal, gan.
Jam tayang Anugerah Cinta yang panjang dari jam 21.00 sampai 23.00 membuat ayah terganggu, sering banget gue denger ayah yang mau tidur ngomelin emak supaya matiin TV, tapi emak tetep keukeuh nonton sampai habis. Gue cuma bisa ketawa sambil geleng-geleng karena ngeliat mantan yang selalu kabur tiap kali liat gue #eh?
Kemudian selang beberapa hari, ayah, emak dan gue kumpul di ruang keluarga, ayah di meja makan, emak lagi berbaring beralaskan karpet, dan gue iseng puterin channel televisi nyari acara yang rame. Skakmatlah sewaktu beralih ke channel RCTI yang lagi tayang sinetron Anugerah Cinta, emak langsung bilang, “udah itu aja Bie, rame.”
Gue menghela napas, ngalah. Nggak perlu ditentang, gimana kalau gue dikutuk kehidupannya kayak Naura nanti, gan? Gue ambil hape mainin Cooking Fever yang levelnya udah sampai 65 *bangga*, sambil tengok-tengok cerita Anugerah Cinta, gan #eeaaa
Fokus cerita, Naura berdoa sambil nangis-nangis karena penderitaannya nggak kunjung lenyap, ibu peri juga nggak dateng-dateng, cucian numpuk, dateng lagi cewek tomboy bernama Alea yang naksir Arkha juga datang ke Laundry tempat Naura kerja, injek-injek baju yang udah mati-matian Naura cuci. Naura pun menangis sambil beristighfar.
Hikmahnya? Sabar. Orang sabar, episodenya lebar.
Baru pertama kali gue nonton sinetron sampe bikin otak gue pegel, bukan karena betapa sulitnya ceritanya dicerna melainkan betapa lelahnya gue sama kehidupan Naura. Karena kepenatan tersebut, maka gue pun berdiri hendak meninggalkan ruang keluarga, tapi tiba-tiba ayah memprovokasi, “nih sinetron rame juga ya.”
WUAAATTTTT!!!!
Dan begitulah akhirnya pecinta sinetron lainnya terbentuk.
Kini ayah yang menjadi pemanteng setia sinetron Anugerah Cinta kedua dalam sejarah kehidupan berumah tangga. Kini ayah yang menjadi pengusir disaat gue pengin nonton bioskop trans tv. Kini ayah menjadi pendukung bagi emak. Kini segalanya telah berubah.
Pertanyaan, “kapan Anugerah Cinta tamat?” bukan semata-mata karena gue nunggu-nungguin akhir kisah Naura, melainkan menantikan kebebasan dalam menonton itu ADA!

Kritik soal pesinetronan Indonesia tercinta:
Setelah gue baligh, sinetron nggak ada pegelnya menayangkan cerita mubazir dari tangan-tangan sineas yang memerlukan produksi minim dan keuntungan lebih. Biar adil gue nggak akan membandingkan sinetron di sini sama di luar, coba dulu tengok acara televisi tahun 90-an yang lebih variatif dan kreatif. Sinetronnya nggak kepanjangan, konten acara musiknya jelas, game shownya seru, segalanya dibuat dengan baik sekaligus komersil.
Seharusnya di zaman para youtubers keluar (yang konon katanya sebagai pemecah masalah dari kepenatan media televisi), sineas pertelevisian nggak pandang rendah daya tangkap masyarakat indonesia dengan menyajikan acara-acara dengan konten berat. Atau seenggaknya belajar dari negeri gingseng, yang dramanya makin lama meningkatkan tema dari ringan, agak berat, ke berat sekali, dan seluruh stasiun televisinya solid agar mutunya bertambah baik. Karena itu ada Korean Wave.
Dan kemudian channel sebelah kebetulan menayangkan telenovela jadul kayak Esmeralda, Marimar, Cinta Paulina. Gue nggak fokus sama nostalgianya, tapi betapa pedihnya gue menyadari bahwa telenovela yang diajukan channel sebelah itu mirip persinetronan Indonesia zaman sekarang. Iya, miris sekali menyadari bahwa sinetron benar-benar mengalami kemunduran masa.
Terlepas dari itu, gue percaya suatu hari pertelevisian indonesia akan membaik kembali.

Regards, Arbie Sheena
3 November 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meraihmu

Meraihmu (Just Prolog) ^.^

Gue dan kacamata (memilih pakai logika baru hati)