Nikmatnya ber-KKP (Kuliah Kerja Pranikah)

Awalnya gue magang di sebuah cabang pelayanan pemerintahan di daerah Depok dari awal sampai akhir Juli. Kehadiran gue di sana disambut baik dengan komputer yang kecepatan wifinya mampu mengunduh berbagai macam film rating tinggi imdb sampai korea-koreaan, pejabat-pejabat yang murah senyum dan rajin menyapa, meski jam masuk khusus anak magang jam delapan, gue bisa dengan seenak udelnya masuk lewat dari itu dan nggak diomelin.
Sebagai anak magang kayaknya gue lebih sering dikerjain daripada kerja, deh. Contohnya,
1.      Dihari pertama disuruh garis-garisin jurnal keluar masuk seharian.
2.      Fotokopi berlembar-lembar.
3.      Ngetik laporan di excel.
4.      Ngasihin ratusan selebaran ke wajib pajak.
5.      Ngebolongin kertas yang nggak ada faedahnya sama sekali.
6.      Ngecapin surat ratusan lembar sampai tangan kanan gue kalau dipake mandi susah sabunannya.
7.      Panggil bapak ini ke ruangan ini.
8.      Bawain tas ibu ini ke mobilnya.
9.      Mintain tanda tangan absen manual ke pejabat-pejabat sampe bolak-balik ruang tata usaha.
10.  Digodain brimob yang tau-taunya udah punya istri padahal gue udah baper.
11.  Diajak curhat tentang cinta sama pejabat nakal yang punya cabe-cabean, dan mengira gue bisa dijadiin cabe-cabean cadangan, udah cabe-cabean, cadangan pula lagi. Miris, gan.
Selagi garis-garisin jurnal, gue bilang sama temen gue, “gue kuliah ngambil jurusan manajemen informatika, mahal-mahal, belajarnya tentang program, bikin database, tapi pas magang kerjanya nggak pake otak semua.”
Karena temen gue ini berhati lembut maka dia bilang gini, “ah, kamu jangan gitu ngomongnya. Bersyukur dikasih kerjaan.”
Padahal gue cuma bercanda, gan. Padahal gue berharap dia bilang, “emang lo punya otak, Bie?”
Terusnya gue bales, “ya punyalah, kalau nggak punya kenapa gue selalu kepikiran dia?”
Eaaaaa ….
Tapi di sana gue mengenal banyak banget orang yang baik dan seru-seru, kayak Mas Pais, Adul, Indah sama Rita. Tiga minggu rasanya kurang banget, padahal gue udah betah.
Karena kegigihan gue sebagai anak magang, akhirnya gue dikasih grade A. Yeee ….

Foto form nilai

Selepas magang plus riset dengan pejabat bagian pengadministrasian barang pas liburan kuliah, kemudian masuklah masa perkuliahan dari bulan september sampai desember, seharusnya laporan KKP udah gue cicil pas lagi magang atau pas mulai masuk perkuliahan. Dikarenakan waktu itu drama korea lagi nggak bisa ditinggalin, dan rasa males melanda, KKP akhirnya terbengkalai dan mulai mau gue kerjain pas tiga minggu mendekati deadline sebelum liburan natal, yaitu awal desember. Keren kan gue?
Berbekal contoh salinan KKP dari temen yang sama-sama magang di sana cuma judulnya berbeda, akhirnya gue mulai mencicil BAB I dan II, dan BAB III mulai dikerjain pas minggu kedua deadline, itupun gue harus bolak balik ngambil dokumen ke kantor dan ngeriset prosedur ke bagian pengadministrasian barang lagi. Pokoknya hectic banget waktu itu sampai gue pulang malem terus demi ngejar bimbingan.
Setelah dirasa mental siap (laporannya jugalah), empat hari menuju deadline gue mulai mengajukan DAD (Diagram Arus Data) duluan karena kalau itu udah di acc, BAB selanjutnya aman, bisa diatasi, paling BAB I dan II cuma kesalahan tipo aja, beda dengan DAD yang kalau salah harus digambar ulang.
Beginilah contoh bentuk DAD nol, setelah direvisi tiga kali hingga kata acc itu bukan sekadar mimpi.

Contoh diagram nol

Bimbingan pertama, gue membawa hasil gambaran DAD gue dari ms. Visio. DAD gue dicoret semua karena narasi prosedurnya absurd. Meski begitu gue tetep keukeuh mempertahankan hal yang gue gambar sampai dosennya nantangin, kemudian pada akhirnya gue mengalah sambil terdiam sejenak saking syoknya. Kemudian gue pergi dari kantor dosen ke perpustakaan buat tenangin diri, gue rasanya mau nangis, malah bentar lagi dekat deadline, gue juga trauma liat muka dosennya, sampai-sampai gue yang hari itu kepengen minum jus sampe nggak jadi beli karena tukang jusnya mirip dosen pebimbing gue (ini dilebaykan ceritanya).
Gue kebetulan di perpus duduk bersebelahan sama cowok kpopers bernama Casidi yang lagi malsuin dokumen karena nggak punya cukup data buat bikin laporan. Dia juga lagi puyeng karena tempat risetnya nggak menyediakan kebutuhan dokumen yang dia mau. Gue masih beruntung karena waktu itu yang depresi KKP bukan gue doang, jadi setidaknya gue berasa ada temennya. Bukan gue doang yang kritis deadline, sebenernya 96% mahasiswa 12.5A.02 belum pada di ACC, mereka emang demen banget kejar deadline, karena kalau begitu baru bisa disebut mahasiswa.
Kemudian gue bilang gini ke dia, “di, gimana kalau kita berkoalisi?”
KKP itu sebenernya maximal tiga orang, dan gue sendirian sementara dia berdua sama Alif. Jadi kalau kita berkoalisi, pas bertiga. Entah apa yang merasuki gue sehingga ngajak dia koalisi. Mungkin karena sifat gampang iba gue ini yang patut dipuji hahaha
Dia setuju kemudian siang itu juga kita pun ke kantor magang gue buat minta surat riset + form nilai untuk dua orang tambahan lagi. Gue paham kalau di sana harus magang dulu minimal sebulan buat dapat surat risetnya, tapi hal itu nggak mungkin banget karena deadline tinggal empat hari lagi. Dan leganya bapak pejabat di bagian pengadministrasian barang itu baik banget, cuma minta dibeliin gorengan sepuluh ribu, tanda tangan sama cap basah dia kasih.
Kemudian besoknya gue mulai ngebut kerjain, dan pria-pria belum mandi itu gue suruh kerja rodi dan pendanaan kayak ngeprint dan bimbingan pagi-pagi, supaya bisa ngejar bimbingan dua kali sehari. Hari itu masih revisi sampai hari terakhir deadline gue udah ketar-ketir dan leganya bisa di ACC kemudian kita langsung foto-foto saking bangganya, dan liburan natal sampai tahun baru bisa tenang.

Foto kkp acc

Dan berhubung banyak yang belum di acc, maka dari itu dosen memperpanjang masa deadline sampai tanggal pengupload-an KKP yaitu tanggal 16. Tapi gue nggak nyesek kok, makin cepat selesai main bagus, kan? hehe.


Note: Pranikahnya mana, Bie? Oh, coming soon yah. Ohok ohok


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meraihmu

Meraihmu (Just Prolog) ^.^

Gue dan kacamata (memilih pakai logika baru hati)