Narsisari
NARSISARI
Entah sejak abad keberapa sari jadi
makhluk narsis begitu, seperti yang kami tau dulu Sari itu sangat pendiam,
kuper, kutu buku, kutu rambut sampai kutu kaki. Dengar-dengar rumornya sih, hal
itu bermula saat Sari mengalami kecelakaan di kilometer 97 dan sempat koma
beberapa minggu di Rumah Sakit. Setelah
sadar, Sari jadi orang yang sepa-sepet gitu dah.
Seperti kejadian di kantin, enggak bermaksud menghina Sari, kami semua
menanyakan perihal rambutnya.
”Eh sari, loe sering makan toge ya? Ko rambut loe bisa lurus begitu?”
Lalu Sari menjawab ”Tapi cantikkan gue.”
Dengan dipaksakan, kami memuntahkan sebulat bakso yang tidak jadi tertelan.
Kemudian kita segera berlarian secara acak takut-takut virus narsisnya
menyebar. Gue juga takut kalau-kalau kutu di rambutnya pada terjun bebas ke
bakso gue demi menghindari virus itu juga.
Saat kami naik ke kelas tiga, kenarsisan Sari bertambah salam super parah
sekali Pak Mario. Enggak biasanya sari berjalan di koridor sekolah sambil
melambaikan tangan layaknya Miss Brebes dan tak lupa dengan cengiran kudanya.
Tanpa diduga, ada seorang cowok yang tiba-tiba saja menegor Sari.
”Sari! Di gigi lue ada
cabenya tuh”
Gue yang sedari tadi berdiri santai di mading jadi ngakak sampai liver gue
sakit dan terpaksa dibawa ke ruang UGD, tapi sebelum itu gue turut mendengarkan celotehan kenarsisan
Sari.
“Oh...tadi gue abis makan steak, mungkin enggak sengaja cabenya nyangkut.”
Cowok tadi cengok, kodok yang lagi loncatpun ikut cengok. Fikiran dia mungkin sama kaya gue. Ada
gitu steak pake cabe? Yang ada juga jengkol kalau enggak terong.
Setelah itu Sari berlalu pergi tanpa rasa malu sedikitpun, tak lupa juga ia
mengibaskan rambutnya dan 22 ekor kutu tak berdosa jatuh ke lantai sambil
berteriak.
”SARI.... KUKIRA KITA BERTEMAN.....!!!!!”
Setelah itu barulah gue jatuh terkapar.
Jakarta 24
September 2011
Komentar
Posting Komentar