Devil's Curse


“Dua jam lagi kalian akan kami antar pada kemusnahan kalian di Neraka,” umum Malaikat kepada ribuan Iblis yang sedang mengganggu manusia di bumi dari Surga.
Para Iblis berubah panik dan segera menghabiskan waktunya untuk menggoda manusia lebih keras.
Disisi lain, salah satu Iblis terlihat begitu sendu. Ia berdiri di samping wanita muda di sebuah ruangan kelas panti asuhan. Baru kali ini ia tidak ikut tersenyum saat wanita muda itu mengembangkan senyumnya pada puluhan anak-anak yatim piatu di hadapannya.
Ia tidak bisa memilikinya, itu adalah kenyataan yang menyakitkan bagi seorang iblis yang mencintai manusia. Ia masih belum puas melindungi Lotus selama 23 tahun dari sesatnya dunia.
Hembusan angin lembut dari taman bermain sengaja mampir untuk mengibas rambut panjang berwarna mutiara hitam Lotus, semakin menyambut senyumnya untuk merekah lebih indah. Hal itu membawanya ke dalam dasar ingatan saat awal mereka bertemu dihari kelahiran Lotus.


23 tahun yang lalu, di singgasana sang Raja Iblis di kota Zamrud. Iblis itu bersimpuh dihadapan sang Raja yang sedang duduk di kursi kekuasaannya.
“Kau hebat, dalam sehari mampu mengganggu 200 kehidupan manusia. Kau patut di puji!” Seru sang Raja angkuh.
Si Iblis tertawa sombong, “ahahahah ..., itu memang keahlianku.”
“Aku akan memberikanmu tingkatan gelar Iblis yang lebih tinggi, dengan begitu kau akan lebih dan lebih mampu menggoda manusia-manusia bodoh itu untuk SESAT bersama kita.”
Si Iblis membalas dengan seringai licik.
“Kau pergilah ke kota Esmerald, kota baru untukmu. Dan ganggulah seorang anak yang baru lahir bernama Avrist Lotus,” perintahnya.
“Baiklah Raja!” si Iblis membungkukkan badan, kemudian pergi dalam sekejap mata.
Si Iblis sampai di ruang bersalin, tempat di mana Lotus yang masih kecil dan berkulit merah keluar dari rahim ibunya. Di mana seorang anak tanpa dosa akan menjadi sesat setelah menapaki dunia berlantai paku menurutnya.
Sehabis melahirkan Lotus, sang ibu meninggal dunia. Si Iblis kembali menyeringai sambil menikmati detik demi detik nyawa wanita penuh peluh itu direnggut Malaikat. Para suster segera membawa Lotus pergi ke ruangan lain karena terus menangis meminta susu. Sementara ayahnya menangis pilu kehilangan istri tercintanya.
Lotus di bawa ke ruang incubator, masih tidak berhenti menangis sampai suster yang membawanya risih dan kemudian meninggalkannya sendiri. Iblis itulah yang telah menggoda si suster untuk tidak menghiraukannya. Si Iblis merasa menang dan tertawa terbahak-bahak di hadapan Lotus.
Seketika Lotus berhenti menangis dan menunjukkan senyuman manis pertamanya pada sang Iblis. Si Iblis terkejut, sontak menghentikan tawanya. Lantas si Iblis menatap mata Lotus dengan sangar, berharap Lotus takut padanya.
“Berhenti tersenyum! Kau itu jelek sekali manusia bodoh!” Teriak si Iblis pada Lotus, namun Lotus tidak menurutinya dan tetap tersenyum.
Ada sebuah kesan di senyum Lotus yang bergetar di jiwa sang Iblis. Yang tersulit adalah mengartikannya, mungkin ia tidak ingin sekecil apapun mengetahuinya.
Sepuluh tahun sudah berlalu sejak kejadian itu. Ayah Lotus meninggal saat berlayar. Lotus dipindahkan ke panti asuhan karena tak ada siapapun yang mau menanggung kehidupannya.
Si Iblis sekalipun belum pernah menggangu Lotus, ia nyatanya tidak punya niat untuk menyesatkannya dan tak ada alasan untuk melakukannya. Sebaliknya, ia malah melindungi lotus dari ancaman iblis lain yang siap menggantikan posisinya kapanpun. Yang ia harus lindungi sekarang adalah senyum Lotus, ia tidak ingin menambah penderitaan Lotus dan membuat senyumnya menghilang.
Sepuluh tahun lagi berlalu, Lotus tumbuh sebagai wanita dewasa yang anggun, nyaris tak ada dosa yang berani menempel padanya, wajah dan hatinya begitu sempurna. Iblis itu mulai mengerti jika yang dirasakannya selama ini adalah CINTA. Ia telah jatuh cinta pada manusia, karena pada hakikatnya iblis seharusnya membenci manusia.


Sementara hari ini, para Malaikat datang di hadapannya untuk membawanya ke Neraka. Si  Iblis lalu berkata pada Malaikat, “saat kau bertemu dengan seseorang dan harus berpisah walau sebenarnya tidak ingin. Setidaknya kau masih bisa menghibur diri dengan berkata, ‘kita hanya mencintai hal yang tak kekal’ begitu, kan?”
Para Malaikat hanya bungkam kemudian menariknya ke Neraka dalam sekejap.

***

Di depan gerbang neraka yang merah membara. Para iblis mengantri untuk mendapatkan hukuman dari dosa-dosa yang ia buat. Setelah masuk ke dalam lautan api yang panasnya tak terbayangkan akal makhluk hidup, mereka akan dipastikan lenyap tak tersisa dan dinyatakan tidak akan dapat masuk ke bumi lagi untuk mengganggu manusia.
Si Iblis terlihat ketakutan saat menyaksikan satu persatu temannya lenyap sekejap di dalam sumur besar dengan api membara yang tidak akan pernah padam. Dari arah belakang, para Malaikat menyeret paksa sang Raja Iblis untuk masuk ke dalam sumur api. Hal itu menjadi tontonan rakyatnya yang tak kalah takutnya.
Saat berpapasan dengan si Iblis, sang Raja dengan sengaja menjatuhkan sebuah batu kecil di kakinya. Meskipun tidak mengerti, si Iblis secara diam-diam mengambilnya. Dia melihat baik-baik batu bulat abu-abu itu, menurutnya tidak mungkin jika batu itu hanya batu biasa, lantas si Iblis menelannya dalam-dalam.
Ternyata tidak ada hal istimewa setelah ia menelan batu itu beberapa detik yang lalu. Sementara di depan gerbang Neraka, para Malaikat terus menyiksa teman-temannya sebelum terjun ke dalam sumur. Dan tak berapa lama, akan tiba gilirannya.
Si Iblis berusaha melepaskan borgol besi yang terikat ditangan dan kakinya yang merah, ia tidak menyangka jika ikatan borgol itu dengan mudah terlepas. Kemudian ia pun keluar dari gerbang Neraka karena wujudnya tidak terlihat siapapun, itulah efek dari batu tersebut.
Saat terjun ke bumi, sang Iblis mengubah wujudnya menjadi manusia. Di belakang ternyata Para Malaikat memburunya. Si Iblis tidak mau kalah, ia mempercepat lajunya. Sampai akhirnya si Iblis turun dikerumunan manusia yang sedang berlalu lalang, ia sengaja menyarukan keberadaannya dari Malaikat yang kehilangan jejekanya. Sang Iblis tersenyum, kini sang Iblis bukanlah iblis lagi, ia mempunyai nama, namanya Novroz.

***

Novroz dengan senyum mengembangnya berada di depan pintu panti asuhan yang diurus Lotus. Ia berkali-kali memencet bel, berharap Lotus akan membukakan pintu untuknya yang berwujud manusia pada tengah malam itu.
Terdengar suara handle pintu terbuka dari dalam, “siapa?” tanya Lotus saat membuka pintunya. Lotus merapatkan piyama sutra merah jambu yang menempel di tubuhnya, rambutnya hanya diikat satu, penampilannya nyaris berantakan.
“A-apa aku bisa menginap barang semalam di sini? Aku tersesat,” tanya Novroz gugup, ini kali pertama ia berbincang dan ditatap langsung oleh Lotus.
Lotus menoleh ke arah belakang sejenak sambil mengusap kepalanya. “Apa kau mau masuk dulu? Di luar sungguh dingin.” Lotus merapatkan piyamanya lagi.
“Apa boleh?”
“Tentu saja,” tanpa menaruh curiga pada Novroz, Lotus membukakan pintunya lebar dan menyuruh Novroz duduk di ruang tamu sementara ia membuatkannya minuman di dapur yang tak jauh dari ruang tamu, kemudian ia segera mengantarkan coklat panas untuk Novroz.
Novroz segera berdiri merasa merepotkan, “kenapa membuatkanku minuman?”
Lotus tersenyum tidak keberatan, “kau terlihat kedinginan dan …, gugup. Kemudian Lotus meletakkan minuman di atas meja. Novros tak berkedip memandang wajah Lotus yang bercahaya meskipun terlihat lelah.
“Dengan kebaikan yang kau punya, kau sungguh cantik,” gumam Novroz.
Lotus menoleh ke arahnya, “apa?”
Novroz sadar gumamannya begitu kencang, ia pun tersenyum, “ah! tidak bukan apa-apa.” Novroz begitu senang sampai canggung dibuatnya.
“Minumlah selagi masih hangat.” Lotus kembali tersenyum, senyum itu seperti mengajak Novroz untuk semakin mencintainya.

***

Sebulan tinggal bersama, Novroz mampu membuat Lotus jatuh cinta padanya. Sampai akhirnya mereka mempuyai anak tanpa pernikahan. Sembilan bulan kemudian Lotus melahirkan bayi perempuan cantik tanpa cacat sedikitpun dan diberi nama Zeeqwa Lotus, akan tetapi anak yang di lahirkan Lotus berbeda dari anak-anak lainnya. Bola mata anak itu bukan hitam melainkan merah semerah fajar.
“Kenapa anak kita mempunyai bola mata yang berbeda?” Tanya Lotus saat memandang Zeeqwa di gendongannya dengan kaget.
Melihat ekspresi Lotus, akhirnya Novroz menceritakan yang sejujurnya pada istri tercintanya. “Lotus! Sejujurnya aku adalah Iblis yang menyamar sebagai manusia karena jatuh cinta kepada manusia berhati Malaikat.”
Lotus menoleh ke arah Novroz, pandangannya bertambah kaget. Dahinya bercucuran keringat akibat, badannya terus bergetar. Lotus hampir saja menjatuhkan Zeeqwa dari gendongannya.
“Ka ..., ka ..., kau itu Iblis?”
“Iya! Ta ...,” omongan Novroz terpotong oleh teriakan Lotus.
“PERGI!! Kau mengerikan, untuk apa kau ada di sini. Aku sudah cukup tersiksa dengan kehidupanku sekarang. AKU TIDAK INGIN TERSESAT DENGANMU!!”
“Kau tidak akan tersesat Lotus. Aku tidak akan membuat ....” sekali lagi omongan Novroz terpotong oleh teriakan Lotus yang semakin menggila.
“Bawa anakmu! Bawa dia ke manapun yang kau mau!” Teriak Lotus menjadi-jadi sambil menaruh Zeeqwa yang menangis di lantai.
“Lotus maafkan aku.” Novroz memohon sambil menundukkan kepalanya
Meskipun Novroz sudah meminta maaf berulang kali, Lotus tidak mau dan tidak akan pernah memaafkannya.
Kemudian Novroz berkata, “jika di Neraka lebih indah dibandingkan di sini aku akan kembali. Jika di bumi tidak ada yang dapat menerima cintaku, aku tetap akan mati di sini. Sejujurnya, aku ingin mati bahagia dengan cinta, mari kita mati bersama saja.”
Di hadapan Lotus, seketika Novroz berubah menjadi sesosok iblis yang mengerikan, matanya berubah merah begitupun dengan kulitnya. Ia mempunyai kuping yang panjang dan kepala yang tanpa rambut, guratan tulang rusuk yang tampak adalah penderitaannya menahan sakit.
Lotus hanya dapat berteriak saat Novroz meruncingkan kuku di kelima jari kanannya untuk kemudian menembus rongga dada Lotus, mengambil jantungnya, kemudian memakannya sambil menangis darah, itu adalah tangisan duka, tangisan para Iblis yang kecewa.
Tak berapa lama para Malaikat datang saat Lotus sudah tidak bernyawa. Sementara Novroz masih berada di tempat sambil menghabiskan jantung Lotus. Kemudian para Malaikat segera membawanya kembali ke Neraka untuk mematikannya di sana.
Sedangkan anak mereka, Zeeqwa. Tetap berada di bumi karena ia belum pantas untuk hidup di Neraka dengan wujud setengah manusia setengah Iblis. Tentu saja dengan pengawasan yang ketat dari seorang Malaikat.

Jakarta, 7 Oktober 2012


Notes:
            Ini prekuel dari My Scary Me, kenapa ini ditulis belakangan? Karena gue merasa Novroz harus ambil bagian di bab lain. Begitupun dengan Zepa Clocka serta masa kecil Zeqwa Lotus. Kemudian prekuel lainnya jadi sebatas daftar yang numpuk dan belum terealisasikan setelah gue menerbitkan beberapa novel komedi.
            Dan gue kangen sama kehidupan gue yang full time writer, dan setelah sidang gue akan kembali ke jati diri tersebut, sepertinya.


Komentar

  1. Udah lama ga baca karya Kabie, pas baca lagi dan ternyata genrenya fantasi kayak gini rasanya beda, hehee.. Sejujurnya aku selalu suka cerita tentang iblis-malaikat, termasuk cerita ini. Suka sama endingnya juga. Aku belum baca My Scary Me sih, tapi dari side story-nya ini kayaknya ceritanya seru :3

    Btw ga afdol rasanya kalo aku ga ngasih kritikan. Ada beberapa typo kak di ceritanya, misalnya menyarukan sama jejekanya. Trus kalimat yang rada rancu: "...menyarukan keberadaannya dari Malaikat yang..." maksudnya mungkin semacam berbaur sama manusia lain sehingga malaikatnya kehilangan jejak gitu bukan sih? Tapi bahasanya agak aneh menurutku. Satu lagi, kayaknya ada kalimat yang belum selesai (atau salah penempatan koma?): "Dahinya bercucuran keringat akibat, badannya terus..."

    Sementara itu aja dulu kak. Ntar aku mau nyoba singgah ke posting lain juga ah~

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meraihmu

Meraihmu (Just Prolog) ^.^

Gue dan kacamata (memilih pakai logika baru hati)