Gue Kutuan!
Banyak spekulasi penyebab awal serangga ini berevolusi (?) di mahkota gue. Dari mulai ketularan keponakan gue yang dua, ketiga, atau keenam. Tapi ketika gue interogasi kutunya, mereka semua nggak jawab. Jadinya gue nggak bisa minta pertanggung jawaban atas pembuahan ditiap lembar rambut gue. Gue harus cabutin satu-satu sampe pegel.
Gue terakhir kutuan itu waktu SMP
(bangga, Bie?) dan ujug-ujug ketularan lagi pas udah punya keponakan enam biji,
jadi gue bener-bener nggak paham rasa gatel berkepanjangan, rasa panas,
bawaannya pengen marah-marah aja, garuk-garuk terus kayak hanoman asbabnya itu
KUTU, gue pikir cuma ketombean biasa, ternyata malah ada koloni di sana.
Gue udah sampoin sampai gue
gesek-gesek, pijit-pijit, jambak-jambak. Kutunya tetep aja enggan kudeta. Apa
perlu gue bom dulu biar pada pergi? Sumpah detik itu rasanya gue pengen
gundulin rambut gue biar kayak karakter di One Punche Man, gan. Tapi emak
bilang, “ya udah, gundulin aja gih.”
Tega, candaan gue dianggap serius,
gan. Emak emang nggak pernah peka!
Dengan putus asa gue ganti
dialognya, “mak, anterin potong rambut napah.” Gue pikir itu adalah jalan lain
supaya kutu-kutu pergi dari kehidupan gue.
“Owkay!” Azek emak gue gaul bed dah
ah!
Malamnya gue pun potong rambut (beneran,
ini bukan di salon bencong, sekarang salon bencong di gang pupan udah ganti
jadi toko bubur).
Kata tukang potong rambutnya, “kenapa
dipotong? Padahal rambut kamu bagus tebel.”
Gue baru mau jujur kalau
penyebabnya kutuan, Emak ambil alih, “dia gerah mbak, rambutnya kepanjangan.”
Udeh mak, langsung aja bilang kalau
ini semua gara-gara kutu! Tapi Emak lebih memilih menjaga nama baik keluarga.
Setelah potong rambut gue nggak
merasakan perbedaan yang signifikan, gue bawaannya tetep masih mau marah-marah aja.
Dan detik itu juga gue sama Emak pergi ke apotik rempoa buat beli peditox, obat
kutu yang paling ampuh.
Dan sampai di apotek emak tanya, “Pak
ada peditox?”
“Oh ada. Siapa yang kutuan, Bu?”
“Cucu saya.”
Emak ngarang lagi, gan. Gue jadi
iba sama keponakan yang kena fitnah.
Kemudian pulanglah gue dengan membawa
pedotox seharga enam ribu. Segera gue usap-usap ke kulit kepala merata, gue diamkan
sampai pagi lalu keramas, dan setelah itu rasanya adeeemmmm banget.
Sekarang mungkin kutu yang
marah-marah ke gue.
Note: Wah, dengan gaya tulisan
begini gue akhirnya jadi Hadiansyah syah syah lagi. Gaya Hadi yang sarkastik,
santai, jujur dan selalu dibully emaknya. Sebenernya tulis kejadian parodi
tentang diri gue adalah misi untuk menimbulkan gaya Hadi kembali dan betapa
kangennya sang penulis sama karakter kesayangannya, atau kalau memungkinkan gue
mau bikin sekuel Geng Ikan Asin. Ya …, ditunggu waktu dan mood saja.
Regards, thanks a lot for my
visitor.
Arbie Sheena is here!
Komentar
Posting Komentar